Dekrit Presiden Mursi dan Penyelamatan Revolusi
Cerita revolusi 25 Januari belum usai. Terpilihnya Dr.Mohammed Morsi
sebagai presiden Mesir pertama yang diusung aspirasi rakyat bukan
berarti semua permasalahan selesai dan Mesir bangkit dari keterpurukan
khususnya ekonomi. Tidak. Cerita belum usai. Posisi Mursi saat ini belum
kokoh sehingga dia bisa memutukan banyak hal.
Keberhasilan
Ikhwanul Muslimin -yang pada era Mubarak menjadi oposisi dan
dikejar-kejar- menduduki posisi pemerintahan telah membuat kroni-kroni
Mubarak sakit hati. Dengan segala kebenciannya mereka merencanakan
strategi untuk memandulkan peran presiden dan menimbulkan
ketidakpercayaan rakyat. Inilah dekrit yang dikeluarkan Dewan Militer
17 Juni 2012 yang berisi poin-poin pembatasan wewenang presiden
sekaligus menjadikan militer pemegang kebijakan tertinggi. Dekrit ini
keluar pada detik-detik penghitungan suara putaran kedua. Presiden belum
ada. Ini adalah tantangan pertama yang menghadang presiden baru Mesir.
Setelah Mursi dinyatakan keluar sebagai pemenang, di tengah suka cita
jutaan rakyat Mesir pro-revolusi muncul harapan baru yang kian
benderang di hadapan bangsa Mesir. Mereka akan melihat para diktator dan
koruptor mendekam di penjara dan dmeja hijaukan. Mesir baru telah
lahir.
Namun kemanakah arah Mesir baru? Benarkah akan berdiri
rezim Ikhwan menggantikan Mubarak? Inilah desas-desus yang digaungkan
oleh kelompok kiri (liberal) yang tak menginginkan Ikhwan menduduki
pemerintahan. Ini tantangan baru bagi Mursi setelah kroni-kroni Mubarak.
Sederetan isu-isu kontroversial pun mulai digencarkan dengan
tujuan menghilangkan kepercayaan rakyat pada pemerintah. Mereka bergerak
di lapangan menghembuskan isu-isu miring dan riak-riak penentangan
terhadap pemerintah. Sementara kaki tangan rezim yang masih bercokol di
pemerintahan dan posisi-posisi strategis terus bekerja mengacaukan
proses perjalanan demokrasi. Mereka tak memperlihatkan keseriusan dalam
menangani permasalahan yang ada. Jika hal ini dibiarkan maka peluang
oposisi untuk menggerakkan rakyat akan besar. Mesin politik Ikhwanul
Muslimin -Partai Kebebasan dan Keadilan- sebagai pengusung Mursi tidak
akan sanggup menghadapi jika kekuatan luar berhasil disatukan oleh
oposisi.
Satu-satunya usaha yang efektif dilakukan oleh Mursi
adalah memaksimalkan kerja lembaga-lembaga negara, dari kementrian
hingga kehakiman. Seluruh pengaruh rezim haris dicabut hingga
akar-akarnya hingga lembaga-lembaga ini bisa berjalan dengan maksimal
sesuai tujuan revolusi.
Tapi kenapa Mursi tidak melakukan hal ini di awal-awal pemerintahannya?
Ada banyak alasan kenapa sampai hari ini Mursi masih membiarkan
sisa-sisa rezim di beberapa posisi. Di antaranya adalah faktor
realitas.Tidak mudah mencabut pengaruh yang sudah mengakar selama
puluhan tahun. Mereka telah menguasai banyak lini kehidupan. Selain itu
Mursi tidak ingin memperlihatkan kesan balas dendam. Baginya yang
terpenting selama memiliki itikad baik untuk perbaikan dan bisa
bekerjasama tak ada salahnya, mengingat pengalaman mereka di posisi
tersebut. Mursi masih memberi kesempatan kepada mereka untuk bertobat
dan mau beritikad baik.
Namun setelah berjalan beberapa waktu
belum terlihat perkembangan ke arah positif. Justru riak-riak di
lapangan semakin kuat. Mursi bisa membaca ada gelagat tidak baik yang
membahayakan stabilitas negara khususnya menjelang penyelesaian
konstitusi baru negara. Hingga menuntut adanya sebuah kebijakan yang
mengikat dan memotong langkah pihak-pihak yang berpotensi merusak proses
kebangkitan ini.
Dekrit 22 November 2012.
Di tengan
geliat politik yang mulai memanas terutapa dari kalangan oposisi dan
tidak efektifnya peran lembaga-lembaga negara khususnya peradilan, Mursi
akhirnya mengeluarkan Deklarasi Konstitusi (dekrit) sebegai langkah
penjagaan atas revolusi.
Reaksi pro-kontra pendukung dan
penentang pun mewarnai jalanan Mesir. Menyambut reaksi ini, sehari
setelanya Mursi menyampaikan pidatonya didepan jutaan massa di depan
Istana Kepresidenan Etihadiyah.
Beberapa kekuatan politik
menilai pidato Mursi di depan Istana Etihadiyah pada Jum'at lalu (23/11)
membawa 10 pesan penting untuk rayat Mesir. Dr. Najih Ibrahim -salah
satu pendiri Jama'ah Islamiyah- menilai -sebagaimana dimuat Harian Al
Huriyyah wa Al Adalah- pidato Mursi ini itujukan kepada seluruh rakyat
Mesir tanpa pengecualian termasuk para penentang yang ada di Tahrir. Di
antara 10 pesan tersebut antara lain:
Dekrit yang dikeluarkan tersebut hanya bersifat sementara (2 bulan) guna menjaga stabilitas negara.
Mursi adalah presiden untuk seluruh rakyat Mesir.
Penghormatan terhadap lembaga kehakiman
Penghargaan terhadap oposisi
Mengungkap mereka yang keluar dari Dewan Konstituate
Menyingkirkan rezim dari lembaga negara
Menindak tegas pihak-pihak yang menginginkan kerusakan
Siapapun berperan dalam revolusi
Siapap tak luput dari hukum
Membedakan kebebasan beraspirasi dengan aksi pengrusakan
Wakil Presiden Partai Asholah, Mamduh Ismail menilai pidato Mursi kali
ini cukup tegas dan keras, berbeda dengan pidato-pidato sebelumnya yang
cenderung lunak dan santun. Tapi sikapnya ini dibutuhkan untuk mengatasi
konsidi. Dekrit 22 Noveber 2012 merupakan pesan tegas kepada
rezim-rezim yang masih "bermain" di lembaga pemerintahan.
Sementara Tariq Malat-Jubir Partai Wafd- menilai pidato merupakan
ungkapan seorang negarawan untuk bangsanya terlepas dari unsur-unsur
politis.
Terlepas dari pandangan dan sikap pro dan kontra yang
ada, dekrit ini menunjukkan keseriusan Mursi untuk menyelamatkan
revolusi 25 Januari yang telah diperjuangkan dengan darah pejuang. Ini
adalah langkah tegas dan konkrit untuk mengatasi keadaan. Dekrit ini
dengan sendirinya mengungkap siap yang memiliki itikad baik untuk Mesir
dan siapa yang hanya bertopeng di balik posisi. Deklarasi konstitusi ini
akan mengeluarkan para tersangka dari pesembunyiannya.
Selama
ini Mursi masih mendiamkan, memberikan kesempatan kepada mereka untuk
bertobat dan menunjukkan itikad baiknya untuk masa depan Mesir. Jika
tawaran ini tidak diterima maka revolusi akan tetap bekerja dengan
sendirinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar